Cerpen persahabatan yang menuntun kita agar tidak memiliki iri hati terhadap sesama manusia. Selamat membaca dan semoga menjadi inspirasi kawan :) ..
JANJI
OREO DAN BENG-BENG
Karya
: Theresia Natalia Sekar Indah
Tinggi, rambut lurus, kulit putih,
senyum manis, dan ciri khas yang alergi tanah. Dialah Oreo, anak kelas 3 SMP 1
MAYORA. Ore punya sahabat bernama Berlian yang akrab disapa Beng-Beng. Mereka
mempunyai janji persahabatan dengan menyatukan telapak tangan mereka dan
mengucapkan “ Jiwa setia, jiwa sahabat, sampai akhir hayat ! “. Mereka sangat
akrab dan selalu bermain bersama.
Oreo anak
rajin dan cerdas. Di sekolah ia selalu mendapat nilai bagus, bahkan mau
mengajari temannya yang kesulitan. Karena Oreo sering mengajari teman-temannya,
Beng-Beng merasa tidak punya sahabat seperti dulu lagi. Semakin lama, Beng-Beng
semakin kesal pada Oreo. Mulai saat itu timbul niat jahat Beng-Beng.
“ Aku akan
melakukan apa saja ! Apa saja yang membuat Oreo kehilangan temannya!” usik hati
Beng-Beng.
Bunyi bel
tanda pelajaran pertama usai, semua bergegas ganti baju mengetahui Olahraga
pelajaran berikutnya. Sepi tanpa jeritan dan cerewet anak-anak kelas saat itu,
Beng-Beng menuju sudut kelas dan menaruh dompet kesayangannya di tas biru
cantik.
“ Misi
penting sudah beres.” Katanya dengan senyum licik.
Tetesan keringat dan bau tubuh yang menyengat setelah olaharaga
membuat anak-anak mengganti baju. Rutin setelah olahraga anak-anak mampir ke
kantin kecil sekolah. Beng-Beng memulai siasatnya.
“ Siapa
yang tahu dompetku ? Kenapa tidak ada ?” teriak Beng-Beng licik.
Bergegas semua membantu mencari
barang itu. Seperti biasa ketua kelas menggeledah masing-masing tas. Kebingungan
terjadi saat Gery, ketua kelas itu menemukan dompet Beng-Beng di tas Oreo.
“ Sungguh
tak kusangka anak pintar yang menjadi idola mencuri dompet itu! “ kata Gery.
Oreo yang
tak mengerti tak bisa berbicara. Bukti ada pada tas miiknya. Sorakan menyakitkan
keluar dari teman-teman sekelasnya. Dipikirnya, kasus ini akan segera selesai.
Tetapi saat pulang sekolah, tanpa sepengetahuan Beng-Beng, teman-teman mereka
menghadang Oreo di depan sekolah. Gumpalan-gumpalan tanah basah dan bebatuan
dilemparkan di tubuh Oreo yang tak
bersalah. Sesekali Oreo membela diri, tapi tiada arti bagi anak-anak yang kejam
itu. Hingga Oreo berlumur darah dan gatal-gatal hebat akibat tanah itu
menyambar.
Kicauan
burung diatas pohon mengiringi pagi yang cerah itu. Langkah kaki Beng-Beng telah memasuki kelas. Tak kelihatan
batang hidung Oreo di sudut kelas seperti biasa. Beng-Beng merasa puas dengan
perbuatannya kemarin. Tapi sedikit rasa tak enak hati merasuki tubunya.
Perasaan bersalah telah menyakiti sahabatnya.
“ Mungkin
akan kujelaskan semuanya, aku hanya ingin di bermain bersamaku lagi, bukan
untuk niat apapun. Setelah ia masuk akan kubicarakan dengannya. “ kata
Beng-Beng dalam hati.
Sedangkan di
tempat lain selang terpasang di hidung Oreo, dikenakannya baju hijau polos. Ya saat
itu koma yang menghampiri hidupnya. Akibat alerginya dan luka pada saat
kejadian itu. Tersungkur di tempat tidur dan di ruang gelap sendirian.
Beng-Beng tak mengetahui hal itu.
Lima hari
berlalu. Beng-Beng telah lelah menunggu Oreo, hingga ia putuskan untuk pergi ke
rumah Oreo. Kaget yang dahsyat dan lemas menghantam Beng-Beng. Perasaan tak
karuan dan bersalah sangat dirasakannya. Ia baru tahu Oreo koma karena dilempar
tanah oleh teman-temannya. Lari ke tengah kota dan pergi ke rumah sakit yang
dilakukannya. Dilihatnya Oreo terbaring lemah. Beng-Beng memegang tangan Oreo,
isak tangis terlihat di wajah mungil Beng-Beng. Entah itu keajaiban Tuhan atau
apa, tiba-tiba Oreo bangun dan menatap semua keluarga serta sahabatnya.
Berbicara pelan yang dilakukannya. Langsung Beng-Beng menjelaskan semuanya.
“ Aku minta
maaf Oreo, sungguh aku hanya ingin kamu bermain denganku lagi. “ ucap Beng-Beng
tersedu-sedu.
“ Tak apa,
aku sudah memaafkanmu. “ balas Oreo.
Terenyuh,
itulah yang dirasakan Beng-Beng. Pelukan hangat yang dilakukan keduanya sambil
mengucap janji mereka, “ Jiwa sejati, Jiwa sahabat, sampai akhir hayat !”.
Tangan halus Oreo jatuh dari pelukan Beng- Beng. Kaget dirasakan semuanya.
Nafas Oreo sudah tak terasa lagi. Tangisan jatuh dari orang-orang yang disanyangi
Oreo. Tak rela Oreo meninggalkan dunia secepat itu. Beng-Beng merasa amat
bersalah dan hanya bisa menangis. Ibu
Oreo hanya bisa menenangkannya. Sejak kejadian itu Beng-Beng pindah ke
luar kota untuk melupakan semuanya dan mengenang O\reo sebagai sahabat terbaik
seumur hidupnya.
THE END
0 komentar:
Posting Komentar